Prinsip Multimedia: Gunakan Teks dan Gambar!
Berdasar teori kognitif dan hasil-hasil riset disarankan untuk mengembangkan objek ajar yang memasukkan unsur-unsur kata dan gambar, bila memungkinkan, bukan hanya kata saja. Yang dimaksud ‘kata’ adalah teks tercetak (tampil di layar komputer) maupun teks terucap (spoken textI) atau narasi auditif. yang dimaksud gambar di sini adalah ilustrasi statik (grafik, foto, peta) maupun ilustrasi dinamis (animasi atau video).
Alasan dari rekomendasi di atas adalah bahwa manusia akan lebih memahami bahan yang disajikan apabila mereka dapat menggunakannya dalam pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif dapat terlaksana apabila bahan ajar disajikan dalam bentuk kata dan gambar dan pembelajar dapat mengaitkan (secara mental) ilustrasi yang diberikan dengan representasi verbal atau tekstualnya.
Ilustrasi yang diberikan juga harus bersifat eksplanatif (menjelaskan teks) bukan sekedar dekoratif (memperindah tampilan/sajian).
Prinsip Kedekatan: Dekatkan Gambar dengan Teks-nya!
Dalam merancang objek ajar, perhatikan dengan cermat bagaimana tampilan gambar dan teks pada layar komputer. Pastikan bahwa gambar ilustrasi yang eksplanatif diletakkan tidak jauh dari teks penjelasnya. Bila gambar yang disajikan berupa elemen-elemen dari suatu mesin yang masing-masing memiliki nama, upayakan label nama itu edapat mungkin berada pada atau dekat elemen yang dimaksud. Pemberian ‘tool tips’ yakni teks penjelas yang tampil ketika mouse digerakkan melewati objek dapat membantu pemahaman.
Beberapa hal yang sering dilanggar:
* penjelasan tekstual dan visual terpisah, pengguna harus menggulung layar untuk mengetahui penjelasan gambar, dan sebaliknya. Efeknya sama dengan memberikan ilustrasi gambar pada satu halaman tercetak, tetapi memberikan penjelasannya pada halaman lain
* umpan balik ditampilkan pada layar terpisah dari pertanyaan atau soal latihannya
* link menuju ke rujukan terbuka pada jendela browser baru sehingga menutupi halaman browser pemanggilnya
* arahan untuk menjawab pertanyaan/latihan ditempatkan pada halaman tampilan terpisah dari pertanyaannya
Prinsip Modalitas: Sajikan Penjelasan sebagai Narasi Auditif, jangan dengan Teks Tertulis
Bila animasi atau video ditayangkan, dan diperlukan penjelasan mengenai tayangan animasi atau video tersebut, penjelasan itu sebaiknya diberikan secara terucap (narasi auditif), jangan tekstual (teks yang tampil di layar). Bila kedua media (animasi dan teks) sama-sama tampil di layar maka pemirsa atau orang yang menyaksikan tampilan itu akan mengalami apa yang disebut sebagai beban kognitif berlebihan (cognitive overload), karena terpaksa menerima dan mengolah masukan visual dan naratif tekstual melalui kanal penglihatan. Bila mata terfokus pada teks, maka adegan animasi tidak akan dapat ditangkap. Sebaliknya bila terpaku pada animasi, teks narasinya tidak akan terbaca. (Klik untuk membaca artikel dari Richard A. Mayer tentang menghinari terjadinya cognitive overload)
Prinsip Redundansi (Tumpang Tindih): Penyajian Narasi Auditif dan Tekstual Sekaligus dapat Mengganggu!
Ada pendapat umum yang menyatakan bahwa orang-orang tertentu memiliki gaya belajar visual sedangkan orang-orang lainnya memiliki gaya belajar auditory. Maksudnya, ada orang yang lebih mudah belajar melalui apa yang dilihat, dan ada yang mudah belajar melalui apa yang didengar. Oleh karena itu, pada beberapa rancangan multimedia, kata sering disajikan dalam bentuk tekstual (tertulis di layar) dan juga tersedia dalam bentuk narasi, sehingga pengguna bisa memilih format yang sesuai bagi dirinya. Berdasarkan teori kognitif tentang multimedia, penambahan teks pada layar yang tumpang tindih dengan suara narasi dari speaker, cenderung mempercepat terjadinya beban lebih kognitif. Jadi sebaiknya dipilih narasi auditif saja tanpa menyertakan narasi tekstual.
Prinsip Koherensi: Penambahan Materi yang Menarik tapi Tidak Sesuai Konteks Bahasan Cenderung Mengganggu
Yang dimaksud materi yang tidak sesuai konteks misalnya:
* cerita menarik yang mungkin terkait tetapi tidak substansial bagi pencapaian tujuan pembelajaran
* musik latar dan suara-suara ilustrasi yang dimaksudkan untuk memotivasi
* deskripsi tekstual yang terlalu detil dan bertele-tele
Penambahan ilustrasi yang menarik namun tidak relevan dapat mengganggu pemahaman materi melalui beberapa cara:
* distraction - secara perlahan memandu pembelajajar yang kurang kuat perhatiannya untuk semakin menjauhi materi yang relevan menuju ke materi-materi yang tidak relevan
* disruption - mencegah pembelajar membangun potongan-potongan materi menjadi satu kesatuan utuh karena ‘terhalang’ oleh materi-materi yang tidak relevan
* seduction - menyediakan pengetahuan-pengetahuan yang tidak tepat yang digunakan untuk membentuk bangunan pengetahuan baru
Prinsip Personalisasi: Gunakan Gaya Bertutur Seperti Percakapan
Penggunaan penjelasan atau narasi yang bersifat formal seringkali didasarkan pada anggapan bahwa penjelasan dengan gaya percakapan memberikan kesan ketidakseriusan. Argumentasi ini berdasarkan pandangan teori pengantaran informasi (information delivery) yang menyatakan bahwa tugas instruktur adalah menyajikan informasi sedangkan tugas pembelajar atau siswa adalah mengambil informasi itu. Berdasarkan teori itu, program pembelajaran hendaknya mengantarkan informasi seefisien mungkin, dan gaya bahasa formal memenuhi syarat itu.
Meskipun teori tersebut tampaknya sesuai dengan pendapat umum (common sense), tetapi tidak konsisten dengan cara kerja pikir manusia (human mind). Berdasarkan teori kognitif, manusia menyerap materi yang disajikan menggunakan proses kognitif yang sesuai. Oleh karena itu, instruksi yang diberikan dalam pembelajaran harus tidak hanya memberikan informasi tetapi juga memberikan proses kognitif yang sesuai bagi pembelajar. Riset menunjukkan bahwa pembelajar menunjukkan upaya yang lebih keras untuk menyelesaikan tugas maupun memahami bila instruksi atau pengajaran yang diberikan menggunakan gaya percakapan karena dengan demikian ia merasa terlibat dalam proses pembelajaran sebagai partner.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar