stat

1

Go to Blogger .

2

Go to Blogger .

3

Go to Blogger .

4

Go to Blogger.

5

Go to Blogger.

04 Agustus 2011

Sultan Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Benteng Konstantinopel

Prolog

Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”1, sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan2.”

Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau3.

Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.4 Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri, Selamat membaca:

Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel

Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.

Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.5

Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel6.

Benteng Konstantinopel

Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.

Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.7

Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.

1. Persiapan perang kedua belah pihak.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.

Belajar Islam – Sultan Muhammad Al-Fatih Bagian 2 Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.

Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.

Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang mereka.

Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.8

2. Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.

Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.

Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.

Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa’ Sulthoniy atau meriam sang Sultan.

Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.9

3. Awal pengepungan

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri10, kavaleri11, dan artileri12 diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular13 dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.

Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.14

4. Gambaran benteng pertahanan.

Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat. Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:

*

Pintu Adrenah
*

Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)
*

Pintu Askariy

Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:

Regu pertama:

Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa’.

Regu kedua:

Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.

Regu ketiga:

Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau.15

5. Jalannya pertempuran.

Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja Konstantinopel: “Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota…”. Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.

Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah benteng tanpa takut mati.

Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan yang mencoba menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.

Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.

Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Turki mundur dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan.

Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad al-Fatih.

Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.16

Sumber :

8 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 79-81

9 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 82-83

10 Pasukan infanteri adalah istilah militer untuk pasukan yang berjalan kaki.

11 Pasukan kavaleri adalah pasukan yang mobilisasinya menggunakan kendaraan. Pada zaman dahulu, yang dimaksud dengan pasukan kavaleri adalah pasukan yang mengendarai kuda.

12 Pasukan artileri adalah pasukan yang bertugas mengoperasikan meriam.

13 Pasukan regular adalah pasukan yang berdinas tetap sebagai tentara.

14 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com

15 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 86-90

16 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 90-95
Sumber : http://www.belajarislam.com